Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘bahagia’


(kutipan Sharing Dhamma Talk KMBUI pada 18 September 2010 di Kampus UI Depok, Indonesia)
Oleh: Bhante Nyanadasa, di-resume dan diedit oleh: Mei Linda
Dasar ajaran Buddha yang dapat diterapkan dalam kehidupan mahasiswa tak lain tak bukan adalah Empat Kebenaran Mulia, karena Empat Kebenaran Mulia dapat menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. Empat Kebenaran Mulia terdiri dari:
  1. Mengenali adanya dukkha
Di dalam hidup, kita mengenali adanya dukkha (penderitaan akibat kemelekatan). Ada delapan macam dukkha, yaitu dukkha akibat lahir, sakit, penuaan, mati, tidak mendapatkan keuntungan, berpisah dengan yang disukai, bertemu dengan yang dibenci, dan dukkha akibat kemelekatan terhadap lima gugus (elemen) penyusun kehidupan dan pancaskandha. Kesemua hal tersebut mengakibatkan penderitaan, itulah sebabnya Sang Buddha mengatakan “kelahiran merupakan penderitaan”. Namun, Sang Buddha juga berkata bahwa “kelahiran sebagai manusia merupakan suatu keberuntungan”, karena manusia memiliki tingkat kesadaran yang cukup untuk menelaah Dharma, dan berbekal kesadaran yang cukup tersebut-lah, serta terdapatnya berbagai macam dukkha di dunia manusia, maka Dharma lebih dapat dipahami di dunia manusia (dibandingkan dengan 4 tingkat alam yang lebih rendah dari manusia –asura, hewan, preta, neraka – yang kesadarannya kurang tinggi namun mengalami dukkha, dan alam dewa yang kesadarannya tinggi namun tidak mengalami dukkha). Agar dapat terhindar dari dukkha, terlebih dahulu dibutuhkan untuk mengetahui apa yang menyebabkan dukkha.
2.  Mengetahui penyebab utama dukkha
Perlu diketahui, bahwa “kelahiran” yang dimaksud Sang Buddha adalah eksistensi “diri (ego)”, di mana makhluk hidup melekat pada 5 elemen penyusun kehidupan, baik berupa kemelekatan pada tubuhnya maupun segala benda yang dianggap ada sehingga menjadi penyebab utama munculnya segala hal yang berkaitan dengan “ego” dan “pemenuhan ego”, yang mana juga melahirkan ketujuh jenis dukkha lainnya. Kemelekatan diakibatkan oleh adanya berbagai macam tanha (nafsu keinginan) agar diakui sebagai “suatu sosok” yang eksis (“ego”) dan untuk pemenuhan keegoan, yang terbagi atas bhava tanha (nafsu keinginan akan pembentukan/keberadaan) yang sumbernya/akarnya adalah lobha (keserakahan), vibhava tanha (nafsu keinginan akan pemusnahan) yang akarnya adalah dosa (kebencian), dan kama tanha (nafsu keinginan akan kesenangan) yang akarnya adalah moha (kebodohan).
3.  Pelenyapan dukkha
Materi dapat membantu mengurangi dukkha akibat kemelekatan dalam aspek duniawi, di mana semakin banyak materi akan mengakibatkan semakin berkurangnya dukkha akibat hal yang bersifat keduniawian. Namun, ada juga kasus di mana materi yang semakin banyak akan meningkatkan dukkha. Dalam hal ini, ada aspek ketiga yang berperan, yaitu tanha. Bhante Nyanadasa menampilkan rumus “B = M/T”, di mana kebahagiaan (B) akan bertambah jika dilandasi dengan penambahan materi (M) maupun pengurangan tanha (T). Karena, jika tanha bertambah, maka kebahagiaan akan semakin kecil. Jadi, kuncinya adalah mengurangi tanha meskipun materi tidak bertambah, bukan menambah materi dengan landasan peningkatan tanha, karena pada dasarnya, materi bersifat netral. Tentu saja, dengan tanha yang kecil, makhluk yang memiliki materi yang banyak akan dapat membahagiakan lebih banyak makhluk lainnya dibandingkan dengan yang materinya sedikit. Namun, dengan cara yang bagaimanakah tanha dapat dikurangi?
4.  Jalan untuk melenyapkan dukkha
Delapan Jalan Kebenaran (Ariya Atthangika Magga /Hasta Arya Magga ) merupakan solusi untuk melenyapkan tanha yang merupakan akar dari dukkha (penderitaan akibat kemelekatan). Delapan Jalan Kebenaran tersebut terdiri atas Samma Ditthi (Pandangan Benar), Samma Sankappa (Pemikiran Benar), Samma Vacca (Pengucapan Benar), Samma Kammanta (Perbuatan Benar), Samma Ajiva (Pencaharian Benar), Samma Vayama (Pengupayaan Benar), Samma Sati (Perhatian Benar), dan Samma Samadhi (Pemusatan Benar). Untuk dapat melenyapkan dukkha melalui Delapan Jalan Kebenaran, kuncinya adalah menekan nafsu keinginan (tanha) indria (yang berhubungan dengan panca indera), mengembangkan tekad untuk melenyapkan dukkha, dan melakukan usaha dalam melenyapkan dukkha.
Sebagai mahasiswa, kita diharapkan untuk dapat mengimplementasikan Empat Kebenaran Mulia di dalam kehidupan kemahasiswaan, yaitu dengan mempelajari hal yang diajarkan di perkuliahan dengan berbekal Delapan Jalan Kebenaran dalam proses pembelajaran tersebut (kuliah dengan benar), dan dengan mengesampingkan (bila perlu, mewaspadai dan mengurangi) nafsu keinginan untuk diri sendiri, karena terjerat oleh nafsu keinginan akan membuat pembelajaran dan pencapaian menjadi tidak maksimal (seperti malas, lebih memilih pacaran dibandingkan belajar, dan tidak ingin mengajari/berbagi ilmu sehingga alhasil semakin banyak kesempatan yang hilang untuk memahami/merekam ilmu tersebut di otak melalui pengulangan). Selain itu, nafsu keinginan juga dapat membuat mahasiswa melakukan penyimpangan dalam proses belajar, seperti menyontek atau menghalalkan segala cara demi mencapai predikat/nilai yang tinggi. Asalkan dilandasi dengan motivasi yang benar, berkonsentrasi, dan bersungguh-sungguh belajar untuk membanggakan orangtua, mencerdaskan diri, dan mengamalkan ilmu yang diperoleh demi kepentingan non-egosentris, hasil yang dicapai pasti akan lebih maksimal. Tentu saja manajemen waktu yang baik juga dapat membantu mahasiswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, karena “waktu” juga merupakan materi yang tidak ternilai.

Read Full Post »