Oleh Grand Master Sheng-Yen Lu
释莲支: “成佛?成魔?全在於「一心」,「心能自主」便成了「佛道」,心不能「自主」,便成了魔道。成佛?成魔?一線而已!”
Menjadi Buddha? Menjadi Mara? Semua bergantung pada “Satu Hati”. “Hati dapat mengendalikan diri” akan berubah menjadi “Jalan keBuddhaan”. Hati yang tidak mampu “mengendalikan diri” akan berubah menjadi jalan Mara. Menjadi Buddha? Menjadi Mara? Perbedaannya sangatlah tipis!
(Shi LianZhi)
***
Selama hidup menyepi di Danau Daun, di bayang-bayang gunung, di tepian danau, hatiku terasa sepi dan sempit. Namun, dengan khusyuk, aku menulis buku, menuangkan pikiranku, lebar tanpa tepi.
Aku merasa bahwa hatiku semakin lama semakin lapang, memikirkan apa yang telah kulakukan di masa lampau, ada yang perlu disesali, maka akupun menyatakan penyesalan di depan para Buddha Bodhisattva, teratai pun langsung menebarkan keharuman.
Jika dipikirkan kembali, zaman sekarang, hati manusia tidak teguh, kebiadaban semakin tinggi, bertindak berdasarkan keegoisan tinggi dan kepicikan, sehingga saling berebut. Lebih lanjut, hal ini berkembang menjadi peperangan antar negara, antar suku, antar rumah tangga, antar personil…
Manusia zaman sekarang, sungguh individualis, jika ingin sungguh-sungguh berbaur, sungguh-sungguh saling membantu, sungguh-sungguh saling memedulikan, tidak berpura-pura, tidak sentimen, tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, kelihatannya sangatlah tidak mudah. Kenapa di lingkungan manusia begitu banyak perhitungan seperti itu? Tidak mampu mewujudkan dunia yang damai nan indah, aku pun merenungkan secara seksama dan mendalam, ini semua disebabkan oleh ketidakmampuan dalam melapangkan hati.
Sangatlah banyak orang yang egois, atau iri hati, atau sirik, hanya menginginkan kemegahan diri sendiri, menjatuhkan orang lain, ini adalah permulaan dari hukum “sebab-akibat”.
Mengapa bisa ada enam alam gati? (enam alam tumimbal lahir)
Serakah, maka masuk ke alam neraka.
Iri hati, maka masuk ke alam setan kelaparan.
Bodoh, maka masuk ke alam binatang.
Sedangkan, alam manusia adalah separuh baik separuh buruk. Alam asura adalah tidak berhenti dalam bersaing dan berebut, terlalu mementingkan diri sendiri.
Alam dewa, jika menjalankan sepuluh kebajikan, maka akan terlahir di alam ini.
Sebenarnya, siapapun yang memberikan hal yang indah untukmu, atau siapapun yang memberikan hal yang menyakitkan bagimu, tidaklah mengapa.
Asalkan hatimu lapang dan luas, hingga luas tak bertepi, sudah merupakan keberhasilan dalam melatih diri. Saya berdiam di Danau Daun, bahkan mengganti nama dan marga, melupakan keakuan, berterimakasih pada semua makhluk. Saya tidaklah penting, semua makhluk-lah yang penting. Hatiku tanpa kebencian, tidak mampu menyalahkan siapapun, hanya dapat menyalahkan diri sendiri. Menyesallah!
Kita sebagai sadhaka, hanya memiliki rasa terimakasih, yang dapat melihat luasnya hati, harus berusaha dan belajar. Yang dapat melihat kesempitan hatinya, hendaknya merefleksi diri. Jika menginginkan dunia menjadi tanah suci yang sebenarnya, ternyata dapat dicapai dengan melapang-luaskan hati. Hati yang sempit dan picik, barulah akan selamanya berseteru dan bersaing tiada henti, tiada akhir.
Di pagi hari yang cerah di Danau Daun, saya memanjat hingga puncak gunung, tiada burung yang berkicau. Memandang ke langit, melihat warna langit yang tak bertepi, tak berbatas. itu adalah warna yang ada di dunia manusia. Di bawah langit biru ada gunung, sungai, dan daratan luas. Di gunung, sungai, dan daratan luas, manusia dan makhluk hidup bersama dengan saling memangsa.
Saya ingin terbang ke langit biru.
Mendoakan: dalam dunia manusia tidak ada benar dan salah, makhluk hidup tidak ada saling membunuh dan memangsa.
Hatiku sangatlah kosong…
Menyanyikan sebuah gatha:
Langit langit langit biru tanpa dilap
Hanya dengan beberapa langkah angsa baru terbang melintas
Terbang tanpa menyisakan jejak
Tanpa jejak tanpa jalur
Panggilan terpendam melihat gunung sungai daratan luas
Asap tebal di empat penjuru
Berkekurangan kedamaian
Ternyata adalah bencana perang
Siapapun tidak mengalah
Dekat, namun juga jauh
Mulai sekarang dunia surga dan dunia manusia selalu terpisah
Hanya seperti gejolak ombak
melatih diri untuk apa
mengapa harus mengganggu kedamaian yang susah diperoleh di dunia manusia
namun dengan melatih melapang-luaskan hati
secara alami akan mengetahui
bagaimana dapat terlahir
hati Bodhisattva tiada berbatas
senantiasa luas dan lapang
—
—
Link artikel asli: http://tbsn.org/chinese2/article.php?id=8399&keyword=&backpage=&page=0
********
Browse for origin article please Sign In (Free) to https://www.tbboyeh.org/ daftar (Gratis) untuk membaca artikel sumber
*If you are pleased to see the translation, or if you find the article and translation are helpful and insightful to you, would you like to donate a penny for the Author’s Religious Charity Society https://sylfoundation.org/ no matter how much is it, we are really thankful, because the merits that counts 🙂 thank you very much for your care!
Jika anda senang dengan terjemahan ini, atau jika anda merasakan bahwa artikel dan terjemahan ini berguna dan menginspirasi, maukah anda berdana sedikit ke Badan Amal dari Penulis di https://sylfoundation.org/ berapapun itu sangat berarti, kami sangat berterimakasih karena setiap dana yang diterima sangatlah berharga 🙂 terimakasih banyak atas perhatian anda!*
**This Article Translation is dedicated to all beings, thanks a lot for our Grand Master Shengyen-Lu for this Precious Teaching
Penerjemahan Artikel ini didedikasikan untuk semua insan, terimakasih banyak kepada Grand Master Shengyen-Lu atas Ajaran yang Berharga ini**
Leave a comment